Custom Search

Thursday, November 15, 2007

Pengobatan diabetes

Sabtu, 31 Juli, 2004 oleh: gklinisPilihan Baru Pengobatan Diabetes Gizi.net - Kini ditemukan jenis insulin baru yang bisa disuntikkan satu kali sehari. Bagi pehobi dan pemerhati film, nama Halle Berry tentu tak asing di telinga. Namun, mungkin tak banyak yang paham jika artis cantik peraih Oscar lewat filmnya Monster's Ball ini adalah pasien diabetes mellitus tipe I (DM I). Artinya, Berry yang belum lama ini merampungkan film terbarunya yang berjudul Catwomen ini setiap hari wajib menyuntikkan insulin ke tubuhnya. Jika tidak, nyawa taruhannya. Penyakit diabetes mellitus atau kencing manis memang tak bisa dianggap remeh. Bagi pasien DM I atau beberapa pasien diabetes melitus tipe II (DM II) terapi insulin wajib hukumnya. Injeksi insulin menjadi keharusan karena hormon insulin pada tubuh penderita diabetes mellitus tidak bisa dihasilkan, atau tidak dapat digunakan dengan baik. Dalam tubuh hormon insulin diperlukan untuk mengubah glukosa (gula) menjadi energi. Karena tak mampu melakukan konversi gula menjadi energi tersebut, maka pasien DM mempunyai kadar glukosa tinggi dalam sistem tubuhnya. Keadaan ini dikenal sebagai gula darah tinggi atau hiperglikemi. Prof Dr Hendromartono SpPD-KEMD, wakil kepala Pusat Diabetes dan Nutrisi FK Unair Surabaya menyatakan, hormon insulin ini dikeluarkan oleh organ tubuh yang bernama pankreas."Hormon ini yang mengatur kadar glukosa darah kita untuk tetap berada pada batas normal," ungkapnya dalam acara Pertemuan ilmiah Awam di Surabaya, pekan lalu. Acara ini diadakan untuk memperingati Hari Diabetes Nasional yang diselenggarakan Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) wilayah Surabaya dan Aventis. Gejala-gejala diabetes, di antaranya trias poli (3P) yaitu poliuri (banyak kencing), polidipsi (banyak minum), dan poligafi (banyak makan). "Biasanya berat badan juga menurun drastis, kesemutan, terjadi gangguan mata, dan disfungsi ereksi," papar dr Soegianto Wibisono SpPD dari RS Husada Surabaya. Ini adalah gejala-gejala klasik yang umumnya terjadi pada penderita. Namun, mungkin saja tak ada gejala yang dirasakan penderita. "Jika begini biasanya baru beberapa tahun kemudian ketahuan penyakitnya," ungkapnya. Karena itu, lanjut Soegianto, mereka yang memiliki riwayat keluarga penderita DM sebaiknya memeriksakan gula darah setidaknya satu kali setahun. "Tentu harus diiringi dengan diet, olah raga, dan pola hidup yang sehat," paparnya. Apalagi, saat ini telah terjadi pergeseran usia penderita. Jika sebelumnya pasien DM cenderung usia cukup tua, maka kini orang usia muda sudah banyak yang terkena DM. "Memang ada kecenderungan peningkatan pasien usia muda. Banyak dari pasien saya pada usia 20 tahun hingga 30 tahun sudah terkena DM," ungkap dr Ipung Puruhito SpPD dari RS Haji Surabaya. Ini karena pola hidup tak sehat kian banyak terjadi di masyarakat. "Pola makan yang salah dan kurang gerak badan, misalnya, bisa menjadi faktor pencetus DM," ujar Ipung. Faktor pencetus DM lainnya adalah infeksi virus, kegemukan, minum obat yang bisa menaikkan kadar gula darah, penuaan, dan stres. Pengobatan diabetesTujuan pengobatan diabetes pada dasarnya adalah mengontrol glikemi atau gula darah hingga mencapai kadar gula darah yang mendekati normal (kadar gula darah orang sehat). Namun, di tengah pengobatan ini harus juga dicegah terjadinya hipoglikemi atau kadar gula darah yang terlalu rendah. Bila tujuan tersebut dapat dicapai maka penderita diabetes akan merasa lebih sehat dan menikmati kualitas hidup yang lebih baik. Selain itu, timbulnya komplikasi yang serius dan mengancam jiwa penderita dapat dicegah. Menurut Hendro, pengobatan diabetes harus dikelola melalui beberapa tahapan yang saling terkait. Pengelolaan diabetes ini meliputi edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, dan penggunaan obat-obatan, baik oral maupun insulin. Terapi insulin wajib diberikan pada penderita DM I. Pada penderita DM II, sekitar 40 persennya juga harus menjalani terapi insulin. "Di Indonesia sekitar 90 persen hingga 95 persen adalah pasien DM II. Sisanya adalah pasien DM I," ujar Hendromartono. Tes gula darah dapat secara efektif menentukan jumlah insulin yang dibutuhkan setiap harinya. "Kapan penderita perlu mengukur kadar gula darah sendiri di rumah dapat bervariasi," ujarnya. Namun, lanjut Hendro, yang dianjurkan adalah saat pagi hari sebelum sarapan, dua jam setelah makan, dan malam hari sebelum tidur. Selain itu, diperlukan pula pengukuran pada saat tertentu, misalnya pengukuran yang lebih ketat jika terjadi hipoglikemi, saat sebelum olah raga, dan pada kehamilan. Pengobatan diabetes bisa dikatakan berhasil jika glukosa darah puasa adalah 80 sampai 109 mg/dl, kadar glukosa darah dua jam adalah 80 sampai 144 mg/dl, dan kadar A1c kurang dari tujuh persen. Pengukuran hemoglobin (Hb) terglikosilasi HBA1c (A1c) adalah cara yang paling akurat untuk menentukan tingkat ketinggian gula darah selama dua sampai tiga bulan terakhir. "Hemoglobin adalah bagian dari sel darah merah yang mengangkut oksigen. Salah satu jenis dari Hb adalah HbA dan HbA1c merupakan subtipe spesifik dari HbA," papar Hendro. Semakin tinggi kadar glukosa darah, akan semakin cepat HbA1c terbentuk, yang mengakibatkan tingginya kadar HbA1c. HbA1c ini juga merupakan pemeriksaan tunggal terbaik untuk menilai risiko terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh tingginya kadar glukosa darah. Contohnya, pada saraf dan pembuluh darah kecil di mata dan ginjal. Selain itu, juga bisa menilai risiko terhadap komplikasi penyakit diabetes. "Sudah ada penelitian klinis mengenai hal ini, seperti Diabetes Control and Complications Trial (DCCT) dan United Kingdom Prospective Diabetes Study (UKPDS)," ungkap Hendro. Penelitian ini membuktikan bahwa dengan memperbaiki nilai HbA1c maka dapat menurunkan perkembangan dan perjalanan komplikasi diabetes pada mata, ginjal, dan saraf, baik pada DM I maupun DM II. Insulin 24 jamSeiring dengan kian meningkatnya kasus diabetes mellitus maka berbagai penelitian untuk mencari pengobatan terbaik terus dilakukan. Salah satunya dilakukan PT Aventis Pharma dengan mengembangkan insulin glargine. Insulin yang memiliki merek dagang Lantus ini memiliki kelebihan dibandingkan jenis-jenis insulin sebelumnya, yakni cukup disuntikkan satu kali sehari. Lantus dirancang untuk meningkatkan kontrol gula darah dan pada saat yang sama dapat mengurangi terjadinya risiko hipoglikemi. "Lantus ini merupakan pilihan untuk penderita DM I dan DM II yang dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan dengan insulin lainnya," papar dr James Hajadi, head of medical and regulatory division PT Aventis Pharma. Lantus adalah sebuah insulin basal yang bekerja jangka panjang. Basal merujuk kepada insulin yang dibutuhkan oleh tubuh kita di sela waktu antara makan. Lantus ini melepaskan insulin secara perlahan dan terus menerus ke dalam tubuh. "Pelepasan seperti ini menyebabkan terjadinya absorpsi insulin lebih lambat dan tercapainya efek kerja yang lebih panjang," ujar James. Pada insulin jangka panjang dari jenis yang lama umumnya terjadi aktivitas puncak insulin pada saat tertentu. Contohnya, insulin Neutral Protamine Hagedorn (NPH) yang membentuk puncak tiga sampai lima jam setelah injeksi. Kerjanya pun hanya 14 jam (kurang lebih tiga jam). Berarti NPH harus diberikan dua kali sehari. "Pada Lantus tidak membentuk sebuah puncak kadar insulin karena adanya pelepasan yang perlahan serta terus menerus. Ini menyebabkan terjadinya absorpsi insulin yang lambat dan efek jangka panjang," jelas James. Insulin glargine ini mempunyai waktu kerja selama 24 jam, lebih lama dari insulin jangka menengah maupun jangka panjang lainnya. "Akibatnya Lantus hanya perlu disuntikkan sekali sehari, tidak seperti insulin jangka panjang lainnya yang harus diberikan dua kali sehari," ujarnya.
Sumber : Republika Online - Selasa, 27 Juli 2004 - Penulis : mag

No comments: