Custom Search

Sunday, August 9, 2009

Moralitas Wanita Remaja Indonesia

Jumlah pada judul diatas merupakan angka yang diberikan oleh BKKBN yang ditulis pada harian RADAR BANTEN.Jumlah yang sangat besar buat ukuran sebuah negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia.Jumlah aborsi keseluruhan kasus di Indonesia tercatat dari survey BKKBN untuk seluruh provinsi di Indonesia mencapai juta sampai 2.6juta kasus dan 30 % diantaranya dilakukan oleh remaja.Menurut hasil survey BKKBN 63% remaja usia sekolah Indonesia berumur antara 15 -24 tahun melakukan hubungan sex diluar nikah dan 21% diantaranya melakukan aborsi atau sekitar 600ribu sampai 780ribu kasus.
Kalau saja benar fakta survey yang dilakukan, masihkah kita orang tua harus berpangku tangan dengan sepak terjang dunia kebebasan yang kebablasan ini.Tentunya kalau para orang tua membaca data ini akan merinding berbeda dengan para remaja yang sekarang ini menggandrungi trend kebebasan akan banyak yang melihat angka ini sebagai hal yang lumrah dan akan melakukan hubungan sex diluar nikah tanpa rasa takut karena melihat kemungkinan teman sebelah atau saudara serumah sudah melakukan hubungan sex.Atau lebih parah lagi akan kah seperti film film remaja barat yang melihat virginitas merupakan sesuatu yang aneh dan memalukan.
Hampir 2 dari 3 wanita remaja melakukan artinya jika berkumpul 3 remaja 2 dintaranya sudah tidak perawan dan 1 diantaranya kemungkinan sudah melakukan aborsi.Haruskah angka angka ini disangkal ????? .Penyangkalan tidak mengurangi kebebasan atau mengurangi jumlah sebenarnya tetapi yang harus dilakukan adalah kerjasama pemerintah dan orang tua mencegah persentasi pertambahan kemaksiatan ini.Adakah LSM kebebasan mampu mempertanggung jawabkan konsep kebebasannya tentu tidak ada yang akan mengaku ikut bertanggung jawab seperti biasanya mereka akan bicara tas nama HAM dan seperti biasanya mempersalahkan para orang tua sebagai objek yang tidak bertanggung jawab.
Saat kebebasan dipandang sebagai hal yang wajib tanpa batas yang jelas hanya ditentukan teks peradaban yang berlaku di negara liberal maka kebebasan sex akan mengikuti dibelakngnya bahkan akan mendahului keterbatasannya.Seperti yang terjadi di negara ini yang akan kemudian menghitung angka dan kemudian membuat peraturan sehingga peraturan yang di buat langsung menjad obsolote.Orang tua terbelenggu dengan aturan hukum saat memberikan pelajaran sedikit keras yang kemudian dalam dunia HAM barat disebut kekerasan.
Akankah dunia muslim diam dan ikut serta menyalahkan para orang tua yang sedikit keras berdasarkan keyakinan dan peradaban dalam tatanan kekerasan terukur.Cukupkah kita sebagai manusia dengan berbagai aturan hukum positip negara berdiam diri sementara kita masih mempunyai hukum yang lebih positip dalam menerapkan kebebasan terbatas.
Mana pendidikan sex yang dijanjikan sebagai pertahanan moral itu hasilnya sementara kaum remaja kita menterjemahkan failitas pertahanan itu sebagai pelindung dari penyakit dan kehamilan bukan pelindung dari moralitas.

Masih Ingin Pergi ke Negara Arab?????


by Gadobangkong » Mon Sep 29, 2008 11:20 am
Diketik langsung dari majalah: Indonesia Media (http://www.indonesiamedia.com); edisi July 2008; halaman 29, 35, 46, 57. Penebalan, pewarnaan, dan emoticons dilakukan oleh saya.
Sekitar tiga minggu yang lalu dalam kesempatan Umroh bersama dengan temen-temen TKI dan pejabat RI, banyak informasi kejadian yang terungkap dalam obrolan kami: Saat saya diminta berangkat ke Arab untuk memperoleh beasiswa Research Assistant & S3, seorang staff KBRI di sini (yang saya hormati) memberi pesan singkat yang memberikan banyak pertanyaan. Mudah-mudahan kedatangan segera teman-teman S2 & S3 ini nanti akan dapat MEMPERBAIKI CITRA Indonesia di sini. Apa nih artinya? Waktu itu saya bertanya-tanya.
Satu minggu kedatangan kami di KSU Riyadh, saya sudah mulai akrab dengan beberapa staff di sana (meski saya ngga bisa bahasa Arab). Salah satunya adalah Vice Dean college saya. Dengan bersemangat beliau - pejabat Arab di Uni kami menyatakan, "Do you know there are 1.000.000 Indonesian in Arab and most of them are drivers and house keepers!" Kemudian beliau menambahkan, "We invites moslem countries to come here to receive our scholarships, because they will come here not just because study; because they also want to Umroh & Haji (bener juga sih ya). Nah komentarnya yang sedikit "mencubit" hati saya adalah: "I am sure...your father is difficult to come here for hajj.." Emang semua orang Indonesia miskin. I hope you can increase Indonesian imagine here.
." Wuaduuuh. Belum lagi masalah gaji saya saat itu beliau merasa gaji saya sudah gede (karena dibandingkan dengan standar TKW/driver di sini sudah 4x nya)..dan saya pasti sangat seneng sekali, yakin beliau. Ya Alloh, padahal kami ke sini bukan untuk uang! kami ke sini untuk ilmu dulu. pengalaman lain, kalo temen-temen jalan-jalan di Arab maka pedagang/orang-orang akan menilai kita warga kelas 2 (meski ada kelas 3 yakni Bangladesh, karena dibayar 200 reyal/bulan juga mau) sehingga seringkali kita tidak begitu diperhatikan/dihormati.
Seringkali kita mesti menyombongkan diri: we are student here PhD!..baru perlakuan birokrasi atau pelayanannya jadi sangat jauh lebih mudah. Pengalaman itupun saya rasakan waktu masuk di Bandara/Imigrasi pertama kali, sejak di Dubai dan di Riyadh antrian panjang buruh migrant wanita kian mengular. Banyak beberapa di anatar mereka yang bahasa Arab ngga bisa, Englishpun ngga bisa, sehingga pernah dijumpai seorang TKW yang kebingungan salah terminal keberangkatan transit di Dubai gara-gara ngga ngerti pengumuman dalam bahasa Arab/English (wuaduh!). Kita bisa bayangkan antrian panjang (mungkin 100-an orang) TKI/TKW kita di Dubai dan Arab tersebut terjadi setiap hari.
Nah, yang sering ngga disadari TKW kita, begitu sampai di Arab mereka sudah lega, padahal setelah masuk imigrasi dan lolos mereka TIDAK BISA keluar Arab lagi kecuali mereka mengurus Visa Exit Permit (sangat berbeda dengan negara-negara non-Arab) yang mesti butuh persetujuan instansi penanggung jawab dia. Nah jadinya, masuklah TKW/TKI kita ke sistem sarang di mana kuncinya yang pegang majikan/instantsinya. Keluar dari bandara, beruntung kalo TKW kita langsung dijemput majikannya, kalo tidak akan banyak supir-supir taxi yang langsung merebut tas dan meminta nomer telepon majikannya. Beruntung kalo supir taxinya baik yakni mengantar ke rumah majikan. Setelah majikan TKW/TKI tersebut sanggup membayar. Kalo tidak beruntung, sangat berbahaya (baca: tidak aman) bagi TKW kita bepergian sendiri di Arab.
Sampai di rumah majikan, mulailah babak sulit berikutnya. Pengakuan seorang TKI saat itu waktu ngobrol dengan saya: setelah di rumah majikan negosiasi hajipun berlangsung. Sebenarnya lebih tepat bukan negosiasi karena TKI apalagi TKW kita sudah tidak punya. Pilihan lain (mau tidur/pergi/hidup di mana?)..gaji standar 800 reyal (hanya Rp 2jt/bulan) akan diturunkan menjadi 500-600 reyal (Rp 1.300.000/bulan) :? . Beruntung TKI laki-laki yang jadi supir, karena mereka bisa kabur cari bos baru.. jadi standar mereka 800 reyal (makan dan keperluan lain tanggung sendiri: rata2 300-400 reyal/bulan).
Coba kita bayangin penghasilan bersih Rp 300rb-700rb per bulan untuk membeli kebebasan rekan-rekan TKI kita. yach kebebasan mereka terbeli, karena saat TKI (khususnya TKW/buruh wanita kita) masuk ke rumah majikan mereka di rumah itulah apapun bisa terjadi tanpa siapapun mengetahui Rekan-rekan, yang sangat menyedihkan, setiap hari hanya untuk di Riyadh saja pasti ada TKW/TKI kita yang kabur ke Sekolah Indonesia Riyadh (SIR). Mengapa tidak kabur ke KBRI, karena lebih sulit harus melewati pos penjagaan tentara Arab.
Sering terjadi bos laki-laki memperkosa TKW-TKW kita. Mengapa? karena TKW kita terkenal tidak segalak TKW Philipines di sini, budaya kita yang takut, manut, dan menerima apa adanya sangat klop dengan image mereka dengan budak mereka di masa lalu. Seorang teman di sini pernah bercerita, di sini paling ringan diliatin bos laki-lakinya telanjang itu udah biasa :evil: . Paling-paling saya cuma ngancam mau teriak. Belum lagi kisah TKW-TKW kita yang dilaporkan polisi hanya gara-gara ditemukan azimat2 bawaan orangtuanya dari Indonesia. Di sini setiap TKW/TKI yang bawa azimat/rajah sering dianggap mau menyihir/santet majikannya dan bisa dilaporkan/masuk penjara meski tanpa bukti. Kalo seorang TKW aman dari Bos laki-lakinya, masih ada anak-anaknya. Rata-rata ada 7-10 anak dalam keluarga..bisakah kita menjamin dari 10 laki-laki bersih pikirannya semua melihat TKW-TKW kita yang manut diperlakukan apa saja. Bos wanita beda lagi, kata-kata umpatan adalah hal yang jamak. Marah, bahkan mukul/menyiksa bukan hal yang aneh :evil: .
Tapi mau lari kemana TKW kita? kalo TKI (driver) mereka bilang mudah cukup mobil Bosnya ditinggal mereka cari bos lain. Kalo TKW kita kabur, mau kemana??? saat lari keluar rumah, mereka di jalan terlihat sendiri mereka dapat ditangkap Polisi Syariah, kemudian dimasukkan penjara..dikembalikan lagi ke majikannya (nambah lagi dendam dan kemaksiatan yang ada) . Jika beruntung mereka lari ke rekan-rekan TKI mereka. Beruntung? TIDAK JUGA!!! Banyak di antara TKW kita yang lolos dari Mulut Buaya masuk ke Mulut Harimau. Sudah banyak/jamak terjadu, meski dengan bangsanya sendiri banyak TKI-TKI kita yang memperkosa (memaksa zina) TKW yang lari dan minta perlindungan padanya (nafsu bila seseorang driver TKI kita pernah komentar kepada saya saat mau umroh: gila gimana Mas. mereka juga mau..lha sama-sama LAPAR (Ya Allooohhh). :gib: Tidakkah terlintas di benak mereka, rekan-rekan kita melakukan DOSA yang sangat besar. Jadi mereka bukan hanya menjual kebebasan mereka, namun tanpa sadar saudara-saudara kita ini juga sudah membuang agama mereka. Yang lebih menyedihkan, TKW yang ditampung oleh driver-driver TKI kita ini bukannya diantar ke KBRI, tapi malah DIJUAL lagi ke Baba (Bos) lain dnegan imbalan 100-200 reyal (250rb-500rb). Meski mereka tahu Bos baru ini juga kejam/pemerkosa mereka tidak perduli. Mas di sini mah biasa driver punya peliharaan TKW sampai 20 orang kata kenalan saya ini, Ya Alloohhh apa bedanya driver penjual TKW ini dengan mucikari kalo mengetahui calon bos TKWnya seorang pemerkosa? :twisted:
Entahlah, nasib TKW/TKI kita inipun tidak berhenti sampai di sini: sejak keberangkatan harus bayar uang banyak, medical check-up dibentak-bentak (saya ikut dibentak-bentak dokter wanita hanya karena dikira TKI disuruh telanjang hanya CD), di penampungan sudah di penjara, berangkat masuk Arab, masuk rumah Bos (2 kali terpenjara lagi) lari ke TKI lain minta bantuan (resiko diperkosa dan dijual lagi) lari di jalan resiko tertangkap Polisi Syariah..saat pulang, masuk ke Terminal Khusus TKI (untuk apa? untuk dapat dikenali mana yang bisa diperas nilai tukar uangnya, maupun diperas biaya transportasinya) :Hangman: . Apakah pemerintah kita tidak tahu semua ini. Bahkan TKI/TKW kitapun pernah berkeluh kesah kepada SBY langsung saat di sini. Sangat pasti mereka tahu, hanya kemiskinan kita dan kelemahan harkat martabat yang menjadikan kita sangat lemah dalam diplomasi.
Pemerintah tidak memiliki posisi dan penekanan yang semestinya dilakukan. Jadi ya beginilah..Pandangan masyarakat awam kita terhadap Arab dengan mendewakan mereka yang berlebihan. Opini ini membuat pemerintah sulit karena tidak ada pressure yang mumpuni.. Kalau ada 1 orang Arab dihina, maka kesetananlah bangsa Indonesia ini, tapi kalau ada TKI yang diperlakukan semena-mena... siapa yang peduli... Waduh...Padahal mereka menganggap kita budak belian...Ya Alloooohhh.
Gadobangkong
Pandangan Pertama
Posts: 20
Joined: Sat May 19, 2007 6:54 am
Top
by santri gagal » Mon Sep 29, 2008 3:23 pm
http://indonesia.faithfreedom.org/forum/masih-ingin-pergi-ke-negara-arab-t28874/#p405878

Bayi-bayi yang Lahir dari Rahim TKW

--Anehnya, kita menjadi "jayuts" (lawan kata dari "ghirrah"), tidak peduli dengan wanita-wanita kita yang dijajah kehormatannya. Itukah sebabnya bangsa ini terus ditimpa musibah? KABAR yang dirilis pucuk pimpinan Fatayat Nahdlatul Ulama bahwa sekira 15 hingga 20 bayi lahir dari rahim para tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia, mestinya mengejutkan kita. Menjadi tidak mengejutkan karena peristiwa ini sudah berlangsung lama dan sudah banyak orang tahu. Meski demikian, diungkapkannya kembali kasus-kasus seperti ini sungguh menyentak dan menyayat hati kita. Sudah sedemikian miskinkah bangsa ini sehingga kenistaan dan kehinaan yang kita peroleh setiap hari ditelan begitu saja? Kita diam, tanpa bicara, tanpa protes, layaknya seorang budak yang bisa digauli dan dijualbelikan. Miskin dan kemiskinan adalah takdir Tuhan yang bisa diubah dengan usaha kita.
Allah tidak pernah memperlihatkan takdir seseorang, kecuali senantiasa menjadi misteri, agar manusia mencari jawabannya. Manusia yang tidak berjuang untuk memecahkan misteri takdirnya akan tetap terpuruk dalam kemiskinan dan kefakiran. Sementara mereka yang berhasil memecahkan persoalan hidupnya, akan mendapatkan takdirnya sebagai orang yang kaya. Sayangnya, misteri itu menjadi semakin terstruktur dalam suatu sistem negara, sehingga kaya atau miskinnya rakyat ini bergantung kepada sejauh mana pemerintah peduli terhadap kemakmuran bangsanya.
Kenyataannya, kekayaan dan kemiskinan pada bangsa Indonesia begitu terpola. Satu sisi, segelintir orang memiliki kekayaan yang sedemikian banyak sehingga tak terhitung jumlahnya. Di sisi lain, sedemikian banyak jumlah rakyat negeri ini yang berada di bawah garis kemiskinan sehingga sekadar mendapatkan makan untuk hari ini pun sulit. Ini semua menggambarkan tanggung jawab pemerintah untuk memakmurkan rakyatnya tidak dilaksanakan dengan baik. Alih-alih mewujudkan kemakmuran rakyat bersama, yang terjadi justru jatah kemakmuran rakyat terus digerogoti para birokrat dan pengusaha melalui korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Kemiskinan harta sesungguhnya tidak menghalangi seseorang masuk surga, sebagaimana orang kaya berhak masuk surga. Namun demikian, jika bangsa Indonesia mengalami kemiskinan harta, sekaligus nurani, apa yang bisa diharapkan dari bangsa ini? Kemiskinan harta ditandai dengan utang negara dan swasta yang menumpuk lebih dari 150 miliar dollar AS. Aset negara yang ada terus dijual kepada pihak asing dengan harga yang amat murah. Sedangkan sisa aset yang ada menjadi jarahan para birokrat dan pengusaha, dengan cara KKN.
Rakyat yang miskin berusaha menyerbu kota, meninggalkan kampung halaman, sekadar mencari pekerjaan untuk menopang hidup. Di kota, pekerjaan sudah mencapai titik jenuh, apalagi krisis melanda negeri ini sejak 1977 hingga saat ini tidak kunjung pulih. Jangankan pekerja baru, karyawan yang lama pun terus mengalami pemutusan hubungan kerja. Akibat tidak seimbangnya antara lowongan kerja dan pencari kerja, maka mencari kerja ke luar negeri menjadi sebuah pilihan.
Sayangnya, lagi-lagi, pemerintah tidak cukup tanggap dengan rakyatnya yang berusaha survive. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri di luar negeri tanpa perlindungan yang memadai. Mestinya pemerintah memberikan perlindungan hukum dan pengayoman yang memadai. Namun senyatanya, para TKI, juga TKW justru menjadi umpan para calo tenaga kerja. Mereka menjadi sapi perahan dengan cara kolusi antara birokrat dan para cukong.
Padahal, di negeri orang, para TKI dan para TKW bekerja mati-matian. Para TKW harus menghadapi majikan yang tidak mengenal belas kasihan dan tidak sungkan untuk memerkosa, tidak membayar gaji, dan menyiksanya. Sementara wanita yang melarikan diri dari majikan justru sering kali mengalami nasib sial karena berikutnya menjadi umpan empuk mavia tenaga kerja.
Maka kita tidak kaget saat mendengar nasib para TKW yang setiap bulan sedikitnya 15 sampai dengan 20 orang mengandung bayi-bayi majikannya atau bayi siapa yang tidak jelas. Di Jeddah, Arab Saudi misalnya, Konjen RI di sana setiap bulan menampung sekira 150 orang TKW yang melarikan diri dari majikannya. Di Ryadh, sekira 400 orang TKW meminta perlindungan kepada Kedubes RI di sana, di Kuwait angkanya juga lebih dari 300 orang. Belum lagi di Malaysia, Singapura, Taiwan dan sebagainya. Anehnya, kita menjadi jayuts (lawan kata dari ghirrah), tidak peduli dengan wanita-wanita kita yang dijajah kehormatannya. Itukah sebabnya bangsa ini terus ditimpa musibah? Mari kita introspeksi.

20 Bayi Lahir dari TKW SUKABUMI, (PR).-

Setiap bulan, sekira 15 hingga 20 bayi lahir dari rahim para tenaga kerja wanita (TKW) sebagai hasil hubungan gelap dengan para majikan mereka. Pernyataan itu mengemuka dalam Dialog Publik "Penanganan Trafficking terhadap Pekerja Rumah Tangga" yang diselenggarakan Pucuk Pimpinan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Sunanul Huda Sukabumi, Minggu (10/4) Salah satu peserta yakni Ketua Lembaga Pendamping dan Pengembangan Tenaga Kerja Indonesia (PPTKI), Normawati mengatakan, data tersebut diperoleh dari kedatangan para tenaga kerja Indonesia (TKI) perempuan di Terminal III Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Angka tersebut tidak termasuk para TKI perempuan yang hamil. "Tidak jarang para TKW datang sambil menggendong puluhan bayi," terang Norma.
Menurutnya, para TKI yang menggendong anak tersebut pada umumnya bekerja di Timur Tengah, Saudi Arabia dan beberapa di antaranya bekerja di Malaysia. "Ironisnya, bayi-bayi anak dari TKI ini kebanyakan berasal Jawa Barat," sebutnya. Karena itu tak heran jika setiap tiba di bandara selalu terdengar ada TKI yang memberikan bayi yang tidak diinginkannya itu kepada orang yang ditemuinya di bandara. Kemungkinan mereka malu membawa bayi itu ke rumahnya dan bisa menjadi tanda tanya keluarganya.
Disebutkan Norma, saat ini ia pun mendapat "amanah" untuk memelihara 15 orang anak TKI, dua di antaranya masih berusia empat bulan. "Bahkan pernah ada seorang TKI perempuan yang meminta saya untuk mengurus kedua anak hasil hubungannya dengan sipir penjara. Konon dia dipenjara di Kuwait selama 14 tahun.
Dari hasil pendampingan LPPTKI terhadap para TKI ini juga terungkap satu kasus yang dialami seorang TKI asal Serang bernama Khodijah. Dia diperlakukan sewenang-wenang oleh oknum KBRI setempat saat meminta perlindungan setelah lari dari majikannya.
"Saat di maktab KBRI, ternyata oleh oknum KBRI Khodijah ini kembali menjadi korban trafficking. Ia dijual kepada lima orang lelaki Arab, dan dipaksa untuk 'melayani' mereka," kata Norma.
Dikatakan, trafficking terhadap para TKI perempuan ini tidak hanya terjadi di luar Indonesia. Karena setelah kepulangan mereka di tanah air pun kejahatan itu masih membayangi mereka. Dalam kondisi sekarang ini kerawanan bandara mungkin sudah dianggap cukup aman bagi para TKI karena ada pengawalan khusus yang diberikan oleh aparat polisi.
Namun, bukan berarti para TKI sudah aman dari tindak kejahatan. Sebab tindak kejahatan masih ada, seperti perlakuan dari sopir taksi gelap. Atau bahkan ketika sampai di kampung halaman pun masih terdengar para TKI ini dipermainkan oleh tukang ojek.
Dalam kesempatan dialog tersebut, seorang gadis asal Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB) yang baru tiga bulan tiba di Indonesia menuturkan kembali pengalamannya sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di sebuah keluarga di negara Kuwait.
Evi, demikian nama gadis yang dengan lugasnya bercerita dari awal kedatangannya di Kuwait hingga ia kabur dari rumah majikannya, saat si majikan laki-laki memintanya untuk menjadi istri keduanya. Tinggal di penampungan di KBRI setempat selama empat bulan, tidak lantas membuatnya tenang, karena menurutnya, banyak oknum KBRI yang 'memanfaatkannya' untuk dijual kembali kepada laki-laki hidung belang.
"Karena tidak mau melayani, saya pernah ditonjok oleh oknum KBRI itu. Akhirnya saya pun memilih bekerja memelihara anjing, memberi makan tikus dll., supaya saya punya sedikit uang," terang Evi.
Pada acara yang dihadiri oleh ratusan pengurus dan anggota Fatayat NU dari Kota Bogor, Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kota Sukabumi dan Kab. Sukabumi itu, Evi berkata pula bahwa ia sempat dipenjarakan selama 20 hari di penjara Kuwait.
"Dalam penjara ternyata ada 3.000 orang lebih TKW (tenaga kerja wanita, red) asal Indonesia. Bahkan banyak di antaranya yang mempunyai anak," jelas Evi.(D-27)*** http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/12/0105.htm _________________________________________________________________

Maraknya TKW yang jadi korban pemerkosaan di Timur Tengah

Masih banyak orang Indonesia tak percaya bahwa cukup banyak TKW yang menjadi korban pemerkosaan di Tanah Arab sana. Mereka menganggap orang Arab itu seiman dan masih kerabat Nabi, jadi tak mungkin melakukan perbuatan senista itu. Walau ada beberapa koran yang menuliskan tentang kejadian itu, mereka masih juga tak yakin. Berita itu ia anggap sebagai propaganda Barat saja untuk memojokkan Islam.
Contohnya ada seorang milister bernama A. Nizami. Dia anggota milis PPIINDIA dan beberapa milis lainnya. Ia juga menjadi moderator milis Ekonomi-Indonesia. "Apakah bulan ini ada TKW yang diperkosa di Arab? Tidak! Jika ada, pasti media massa yang didominasi orang kafir ramai memblow-upnya," tulisnya. "Jadi TKW yang diperkosa di Arab tidak lebih dari 3 orang per tahun," begitu ia berkomentar dengan entengnya. Entah darimana ia tahu angka itu. Rudapaksa seksual tersebut umumnya dilakukan oleh sang majikan atau anak majikan. Hanya TKW yang pemberani mau melaporkan ke polisi atau KBRI. Sebagian lagi takut karena kerap terjadi malah dia yang ditangkap. Dilaporkan juga ada oknum-oknum di KBRI yang malah menjajakan TKW kepada lelaki-lelaki Arab.
Sebenarnya isu ini amat menarik buat para jurnalis yang ingin melakukan pelacakan dan peliputan secara meluas. Coba luangkan waktu sejenak jalan-jalan ke Sukabumi dan kota-kota kecil lainnya di Pulau Jawa yang sudah tahunan menjadi pemasok TKW. Di perkampungan itu bakal kita temui para remaja dan anak-anak berwajah kearab-araban. Padahal ibunya ya berwajah khas Indonesia.
Kalau untuk meliput langsung ke Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya mungkin agak repot ya, karena sistem pemerintahannya amat tertutup. Buat teman-teman yang pernah mukim di Arab Saudi atau Kuwait dan negara-negara Arab lainnya, tahukah Anda tentang kondisi kebebasan pers disana?
Salam reja_________________________________________________________________