Custom Search

Friday, August 7, 2009

Membuat Prediksi Penempatan TKW

Terkadang heran dengan apa yang telah kubaca dari berbagai media baik elektronik ataupun tulis dengan masalah TKW (Maaf saya memakai bahsa itu karena bagaimanapun orang tua TKW atau kebanyakan dari TKW tidak familiar dengan bahasa migrant ataupun women worker) yang tidak kunjung beres ataupun ada regulasi yang melegakan atau membuat perasaan aman semua pihak.Berbagai regulasi entah itu terburu buru atau regulasi kagetan sebagai pendigin kegelisahan para pemerhati atau LSM yang jelas keadaan tidak seindah regulasi yang dibuat.Coba saja lihat regulasi tentang PJTKI yang seolah olah melindungi TKW dari mulai penampungan sampai kembali ketanah air tetap saja mereka para PJTKI tidak bisa melindungi para TKW yang mereka himpun.Regulasi kepulangan di pintu III tetap saja menjadi ladang perahan duit para oknum dari TKW yang pulang.Peraturan baru tentang uang saku TKW yang ke timur tengahpun menjadi arena pemerasan para saudara TKW dan sponsor.2 juta rupiah uang saku hanya menjadi uang saku keluarga yang ditinggalkan.
Berbagai fasilitas untuk menjaring keberadaan TKW dengan segala permasalahannya telah dibangun pemerintah tapi terlupakan untuk meregulasi orang orang yang menjadi operator dari peraturan tersebut sehingga pengawasan terhadap TKW kembali diabaikan.Tanpa diabaikanpun regulasi tersebut kurang menguntungkan bagi para Tkw atau pemerintah apalagi dengan penyelewengan dan kelalain para petugas lapangan maka semakin terlihatlah regulasi tersebut menjadi sia sia atau kurang berguna.Sungguh aneh ketika bapak mentri mengatakan dalam sebuah acara di televisi SCTV mengatakan bahwa sektor informal seperti TKW sulit diprediksi keadaannya saat para TKW ditangan para majikan dan tidak bisa mencegah keberadaan mereka untu bekerja.Baru saja pemerintah mengatakan tidak mengirim TKW ke malaisia yang artinya pemerintah mampu memprediksi keadaan mereka nanti dengan melihat angka angka korban saat ini.Tetapi kenapa angka angka korban dan type kasus para TKW di Timur tengah tidak diperlakukan sama padahal LSM migrant care for Indonesia menyodorkan angka 36 % bermasalah.
Prediksi tersebut bisa lebih akurat jika pemerintah mau mendata dan tidak menutup mata berapa orang perhari,perminggu,perbulan dan pertahun para TKW yang masuk di pintu III bermasalah.Berapa jumlah yang pulang menggendong anak,berapa jumlah mereka yang hamil,berapa jumlah mereka yang lebam atau penyiksaan fisik,berapa jumlah mereka yang pulang tanpa bayaran,berapa mereka yang pulang dengan deportasi.apakah betul kata pak mentri kalu mereka berangkat legal cepat terpantau.
Lebih hebat lagi kalau pemerintah mau memberikan mereka semacam kuisioner yang menggambarkan keberadaan mereka selama bekerja sebenarnya.Coba sesekali Pak mentri sidak ketika mereka ada dipenampungan toh tidak semua para TKW atau para PJTKI hapal wajah pak mentri,Coba pak mentri sidak ketika mereka berada di pintu III ketika pulang sampai mereka ada dirumah berapa uang yang mereka berikan kepada para petugas.Maaf ya pak ini bukan ngelunjak karena ada beberapa pembaca dibeberap situs yang mengatakan bahwa banyak laporan palsu atau dibuat buat LSM.Percayalah pak mentri akan kaget.
Diatas beberapa saran untuk memprediksi yang jumlahnya sangat sumir tetapi beberapa jumlah yang cukup besarpun bisa dikumpulkan seperti jumlah 460 TKI yang harus didportasi dari Yordan,500 orang yang berada dikolong jembatan jedah ribuan orang yang berada di tahana arab saudi atau beberapa ribu orang yang berada di kantor perwakilan pemerintah disana.
Nah yang terahir dari pada berbeda pendapat dengan para aktivis LSM lebih baik kumpulkan data mereka tapi jangan sering sering rapat dengan mereka nanti rapet.Sya kira data mereka bisa dilihat keakuratannya jangan percaya begitu saja para petugas disana mereka juga kekurangan tenaga mungkin.Padahal para TKW sudah pada pegang HP kenapa tidak dimafaatkan saja untuk membantu para petugas.

No comments: