Custom Search

Sunday, August 9, 2009

20 Bayi Lahir dari TKW SUKABUMI, (PR).-

Setiap bulan, sekira 15 hingga 20 bayi lahir dari rahim para tenaga kerja wanita (TKW) sebagai hasil hubungan gelap dengan para majikan mereka. Pernyataan itu mengemuka dalam Dialog Publik "Penanganan Trafficking terhadap Pekerja Rumah Tangga" yang diselenggarakan Pucuk Pimpinan Fatayat Nahdlatul Ulama (NU) di Pondok Pesantren Sunanul Huda Sukabumi, Minggu (10/4) Salah satu peserta yakni Ketua Lembaga Pendamping dan Pengembangan Tenaga Kerja Indonesia (PPTKI), Normawati mengatakan, data tersebut diperoleh dari kedatangan para tenaga kerja Indonesia (TKI) perempuan di Terminal III Bandara Soekarno Hatta Jakarta. Angka tersebut tidak termasuk para TKI perempuan yang hamil. "Tidak jarang para TKW datang sambil menggendong puluhan bayi," terang Norma.
Menurutnya, para TKI yang menggendong anak tersebut pada umumnya bekerja di Timur Tengah, Saudi Arabia dan beberapa di antaranya bekerja di Malaysia. "Ironisnya, bayi-bayi anak dari TKI ini kebanyakan berasal Jawa Barat," sebutnya. Karena itu tak heran jika setiap tiba di bandara selalu terdengar ada TKI yang memberikan bayi yang tidak diinginkannya itu kepada orang yang ditemuinya di bandara. Kemungkinan mereka malu membawa bayi itu ke rumahnya dan bisa menjadi tanda tanya keluarganya.
Disebutkan Norma, saat ini ia pun mendapat "amanah" untuk memelihara 15 orang anak TKI, dua di antaranya masih berusia empat bulan. "Bahkan pernah ada seorang TKI perempuan yang meminta saya untuk mengurus kedua anak hasil hubungannya dengan sipir penjara. Konon dia dipenjara di Kuwait selama 14 tahun.
Dari hasil pendampingan LPPTKI terhadap para TKI ini juga terungkap satu kasus yang dialami seorang TKI asal Serang bernama Khodijah. Dia diperlakukan sewenang-wenang oleh oknum KBRI setempat saat meminta perlindungan setelah lari dari majikannya.
"Saat di maktab KBRI, ternyata oleh oknum KBRI Khodijah ini kembali menjadi korban trafficking. Ia dijual kepada lima orang lelaki Arab, dan dipaksa untuk 'melayani' mereka," kata Norma.
Dikatakan, trafficking terhadap para TKI perempuan ini tidak hanya terjadi di luar Indonesia. Karena setelah kepulangan mereka di tanah air pun kejahatan itu masih membayangi mereka. Dalam kondisi sekarang ini kerawanan bandara mungkin sudah dianggap cukup aman bagi para TKI karena ada pengawalan khusus yang diberikan oleh aparat polisi.
Namun, bukan berarti para TKI sudah aman dari tindak kejahatan. Sebab tindak kejahatan masih ada, seperti perlakuan dari sopir taksi gelap. Atau bahkan ketika sampai di kampung halaman pun masih terdengar para TKI ini dipermainkan oleh tukang ojek.
Dalam kesempatan dialog tersebut, seorang gadis asal Sumbawa Nusa Tenggara Barat (NTB) yang baru tiga bulan tiba di Indonesia menuturkan kembali pengalamannya sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di sebuah keluarga di negara Kuwait.
Evi, demikian nama gadis yang dengan lugasnya bercerita dari awal kedatangannya di Kuwait hingga ia kabur dari rumah majikannya, saat si majikan laki-laki memintanya untuk menjadi istri keduanya. Tinggal di penampungan di KBRI setempat selama empat bulan, tidak lantas membuatnya tenang, karena menurutnya, banyak oknum KBRI yang 'memanfaatkannya' untuk dijual kembali kepada laki-laki hidung belang.
"Karena tidak mau melayani, saya pernah ditonjok oleh oknum KBRI itu. Akhirnya saya pun memilih bekerja memelihara anjing, memberi makan tikus dll., supaya saya punya sedikit uang," terang Evi.
Pada acara yang dihadiri oleh ratusan pengurus dan anggota Fatayat NU dari Kota Bogor, Kab. Bogor, Kab. Cianjur, Kota Sukabumi dan Kab. Sukabumi itu, Evi berkata pula bahwa ia sempat dipenjarakan selama 20 hari di penjara Kuwait.
"Dalam penjara ternyata ada 3.000 orang lebih TKW (tenaga kerja wanita, red) asal Indonesia. Bahkan banyak di antaranya yang mempunyai anak," jelas Evi.(D-27)*** http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/12/0105.htm _________________________________________________________________

No comments: